MASYA ALLAH BERHATI-HATILAH..!! Kisah Seorang Gadis Cantik Jelita Yang Memesan Kamar di Neraka dan Akhirnya Terkabul di Ijabah Oleh ALLAH, Merinding Bacanya..!!! |
Seorang gadis bernama Yuli jadi nyaris hilang ingatan setelah lamaran kekasihnya tidak di terima oleh orangtuanya. Mimpinya untuk bersanding di pelaminanpun tidak berhasil sampai Yuli nyaris kehilangan jiwanya serta mesti diobati melalui langkah ruqyah.
Kisahnya dituturkan oleh yang mempunyai account Facebook Perdana Akhmad Lakoni pada Senin, 19 Oktober 2015
Mak… Saya minta kawin. ” Suara itu terdengar parau menyayat hati, sepasang bola mata gadis malang itu terlihat bikin lorong.
Nama gadis itu Yuli. Berwajah yang ayu terlihat muram, seakan cahaya di berwajah sudah pergi bersamaan separuh hatinya yang buat ia senantiasa menyebut-nyebut kalimat “Mak, saya minta kawin” bak kaset rekaman yang rusak.
Kadang-kadang, bila seorang pergi dari hidup kita ia juga membawa separuh hati kita pergi. Yuli tengah bertarung melawan kesakitan itu, meraung-raung memohon separuh hatinya kembali supaya hatinya utuh. Tetapi, rindu Yuli seperti pungguk merindu rembulan, cinta yang sudah lama ia nantikan untuk dihimpun dalam bahtera rumah tangganya kandas waktu itu juga waktu ia harus hadapi fakta : Lamaran kekasihnya tidak di terima oleh orangtuanya. Sekarang ini sang gadis sarjana S1 itupun memakai waktunya dengan kejiwaannya yang terganggu.
Saya saksikan rasa sedih mendalam di dua gunakan bola mata orang-tua Yuli. Mungkin saja saja mereka benar-benar terasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat. Ibu Yuli mengernyitkan dahinya, menatapku nanar serta penuh mengharapkan lantas buka mulutnya, “Tolonglah, Ustadz… Sembuhkan anak kami, Yuli… Kami saat ini ikhlas dia menikah dengan siapapun kalau anak kami sembuh”
“Saya cuma bisa berdoa serta berikhtiar, Bu. Saya akan coba meruqyah anak ibu semampu saya” jawabku tulus.
Akupun buat satu ramuan rendaman manjur dari gabungan daun bidara, daun sirih, jeruk nipis yang di gabung dalam seember besar air lalu meruqyahnya.
“Yuli, ke mari” Ucapku seraya menuntunnya masuk dalam gentong berwarna merah diisi air.
Yuli menurut saja, namun kulihat langkah kakinya seperti mayat dalam ritual Ma’nene di Toraja. Jelas sekali, ia seperti mayat jalan. Dalam hati saya membatin, pastinya luka dalam jiwanya ini demikian dalam. Saya jadi sekian iba pada Yuli. Waktu sistem meruqyahnya, dengan izin Allah, saya berusaha tulus inginkan menyembuhkannya, ditambah orangtuanya demikian menumpukan harapannya padaku.
Kisahnya dituturkan oleh yang mempunyai account Facebook Perdana Akhmad Lakoni pada Senin, 19 Oktober 2015
Mak… Saya minta kawin. ” Suara itu terdengar parau menyayat hati, sepasang bola mata gadis malang itu terlihat bikin lorong.
Nama gadis itu Yuli. Berwajah yang ayu terlihat muram, seakan cahaya di berwajah sudah pergi bersamaan separuh hatinya yang buat ia senantiasa menyebut-nyebut kalimat “Mak, saya minta kawin” bak kaset rekaman yang rusak.
Kadang-kadang, bila seorang pergi dari hidup kita ia juga membawa separuh hati kita pergi. Yuli tengah bertarung melawan kesakitan itu, meraung-raung memohon separuh hatinya kembali supaya hatinya utuh. Tetapi, rindu Yuli seperti pungguk merindu rembulan, cinta yang sudah lama ia nantikan untuk dihimpun dalam bahtera rumah tangganya kandas waktu itu juga waktu ia harus hadapi fakta : Lamaran kekasihnya tidak di terima oleh orangtuanya. Sekarang ini sang gadis sarjana S1 itupun memakai waktunya dengan kejiwaannya yang terganggu.
Saya saksikan rasa sedih mendalam di dua gunakan bola mata orang-tua Yuli. Mungkin saja saja mereka benar-benar terasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat. Ibu Yuli mengernyitkan dahinya, menatapku nanar serta penuh mengharapkan lantas buka mulutnya, “Tolonglah, Ustadz… Sembuhkan anak kami, Yuli… Kami saat ini ikhlas dia menikah dengan siapapun kalau anak kami sembuh”
“Saya cuma bisa berdoa serta berikhtiar, Bu. Saya akan coba meruqyah anak ibu semampu saya” jawabku tulus.
Akupun buat satu ramuan rendaman manjur dari gabungan daun bidara, daun sirih, jeruk nipis yang di gabung dalam seember besar air lalu meruqyahnya.
“Yuli, ke mari” Ucapku seraya menuntunnya masuk dalam gentong berwarna merah diisi air.
Yuli menurut saja, namun kulihat langkah kakinya seperti mayat dalam ritual Ma’nene di Toraja. Jelas sekali, ia seperti mayat jalan. Dalam hati saya membatin, pastinya luka dalam jiwanya ini demikian dalam. Saya jadi sekian iba pada Yuli. Waktu sistem meruqyahnya, dengan izin Allah, saya berusaha tulus inginkan menyembuhkannya, ditambah orangtuanya demikian menumpukan harapannya padaku.
Berhari-hari saya meruqyahnya melalui langkah berkala. Lantunan untuk lantunan ayat ruqyah kubacakan kepadanya, guyuran untuk guyuran obat herbal sudah tandas untuk mengobati gadis itu. Alhamdulillah, sesudah sesi ruqyah ke demikian kalinya, saat Yuli buka matanya sesudah mengerjap-kerjap demikian kali, tatapan matanya tidak akan kosong. Allah sudah isi kembali kehampaannya dengan kasih sayang-Nya. Muka Yuli juga menghangat serta cerah dengan semangat baru. Allah Maha Baik.
Pada satu peluang spesial Yuli selanjutnya mencurahkan isi hatinya padaku. Airmatanya meleleh seketi-ka berwajah berusaha menahan luapan emosi yang buat berwajah merah padam.
“Ustadz, hatiku hancur sehancur-hancurnya… orangtuaku tidak menyetujuiku menikah dengan pria yang saya cintai, pada akhirnya tidak tahu kenapa dada ini merasa sekian nyeri, kepalaku terasa sekian sakit, serta saya kehilangan kesadaran. Saya baru tersadar kembali sesudah bersua dengan Ustaz”
Saya mengerutkan dahiku, curahan hati Yuli terasanya menohok ulu hatiku. Saya berbisik dalam hati, Saya tidak lebih mujur darimu, Yuli. Saya pernah sukai pada seorang, namun belum hingga tangan ini akan mencapainya, cintaku ia tolak mentah-mentah. Kau tetap masih pernah diperjuangkannya, Yuli, cuma saja terkadang takdir memanglah ganas melindas harapan. Buat kita jadi menganga-ngaga harus terima fakta. Cinta memanglah tidak selamanya selesai bahagia, terkadang jika kita demikian menghamba pada cinta manusia, kita lupa bakal cinta yang hakiki, cinta pada-Nya, sampai Dia menimpakan pedihnya ditinggal cinta, supaya harapan itu kembali ditumpukan kepada-Nya. Agak lama kuhabiskan waktu untuk menasihati Yuli supaya ia lebih kuat mengatur kembali kepingan-kepingan hatinya. Perkara patah hati memang tidak pernah mudah untuk diatasi.
Orang-tua Yuli mengulum senyum, terharu, sukai, serta luapan sukur terbit di muka keduanya. Anak gadisnya sudah kembali menjejak bumi. Berulang-kali orang-tua Yuli mengemukakan terimakasih padaku mengantar pulangku. Lebih dahulu saya meninggalkan tempat tinggalnya saya menasihati orang-tua Yuli agar mencarikan jodoh yang dicintainya serta selekasnya dinikahkan. Selekasnya lantas, orang-tua Yuli menyelipkan amplop tidak tidak tebal di saku bajuku dengan ketertarikan.
Uang. Uang akan tidak bisa beli cinta sejati. Biarlah cintaku terantung di langit tinggi. Ada 73 bidadari surga yang menunggu diri yang akan memperebutkan cinta sang mujahid yang syahid. Saya ikhlas dengan cobaan didunia ini lantaran jiwaku juga sesungguhnya terluka karena tidak pernah berbalas cinta ini. Saya saksikan arak-arak awan-gemawan sambil tutup pergumulan hati ini..
Pada satu peluang spesial Yuli selanjutnya mencurahkan isi hatinya padaku. Airmatanya meleleh seketi-ka berwajah berusaha menahan luapan emosi yang buat berwajah merah padam.
“Ustadz, hatiku hancur sehancur-hancurnya… orangtuaku tidak menyetujuiku menikah dengan pria yang saya cintai, pada akhirnya tidak tahu kenapa dada ini merasa sekian nyeri, kepalaku terasa sekian sakit, serta saya kehilangan kesadaran. Saya baru tersadar kembali sesudah bersua dengan Ustaz”
Saya mengerutkan dahiku, curahan hati Yuli terasanya menohok ulu hatiku. Saya berbisik dalam hati, Saya tidak lebih mujur darimu, Yuli. Saya pernah sukai pada seorang, namun belum hingga tangan ini akan mencapainya, cintaku ia tolak mentah-mentah. Kau tetap masih pernah diperjuangkannya, Yuli, cuma saja terkadang takdir memanglah ganas melindas harapan. Buat kita jadi menganga-ngaga harus terima fakta. Cinta memanglah tidak selamanya selesai bahagia, terkadang jika kita demikian menghamba pada cinta manusia, kita lupa bakal cinta yang hakiki, cinta pada-Nya, sampai Dia menimpakan pedihnya ditinggal cinta, supaya harapan itu kembali ditumpukan kepada-Nya. Agak lama kuhabiskan waktu untuk menasihati Yuli supaya ia lebih kuat mengatur kembali kepingan-kepingan hatinya. Perkara patah hati memang tidak pernah mudah untuk diatasi.
Orang-tua Yuli mengulum senyum, terharu, sukai, serta luapan sukur terbit di muka keduanya. Anak gadisnya sudah kembali menjejak bumi. Berulang-kali orang-tua Yuli mengemukakan terimakasih padaku mengantar pulangku. Lebih dahulu saya meninggalkan tempat tinggalnya saya menasihati orang-tua Yuli agar mencarikan jodoh yang dicintainya serta selekasnya dinikahkan. Selekasnya lantas, orang-tua Yuli menyelipkan amplop tidak tidak tebal di saku bajuku dengan ketertarikan.
Uang. Uang akan tidak bisa beli cinta sejati. Biarlah cintaku terantung di langit tinggi. Ada 73 bidadari surga yang menunggu diri yang akan memperebutkan cinta sang mujahid yang syahid. Saya ikhlas dengan cobaan didunia ini lantaran jiwaku juga sesungguhnya terluka karena tidak pernah berbalas cinta ini. Saya saksikan arak-arak awan-gemawan sambil tutup pergumulan hati ini..
Baca Juga :
Gempar..!! Percaya Atau Tidak Tanda Tanda kiamat Ini benar-benar Muncul Di Tanah Abang Jakarta
Wahai Para Istri..Ajaklah Suamimu Berhubungan Seminggu 3 Kali, Jika Kau Ingin Karir Suamimu Sukses...